Senin, 30 November 2015

Pada orang dewasa, medical check up diperlukan untuk mengetahui status kesehatan secara keseluruhan. Nah, bagaimana pada anak? Sebenarnya, tujuannya lebih pada memastikan apakah anak tumbuh dan berkembang dengan baik. Apa saja yang diperiksa?

1. Pemeriksaan fisik Dilakukan oleh dokter spesialis anak (evaluasi tumbuh kembang) dan beberapa ditambahkan dengan spesialis mata (pemeriksaan kelainan mata dan skrining penyakit-penyakit mata) dan spesialis gigi.

2. Pemeriksaan khusus Misalnya, tes mantoux untuk mendeteksi penyakit tuberkulosis. Atau, bisa juga dilakukan tes lain sesuai kondisi kesehatan anak saat itu.

3. Pemeriksaan laboratorium Mencakup pemeriksaan hematologi, fungsi hati, fungsi ginjal, panel diabetes, profil lemak, serta urine dan feses lengkap. Langkah selanjutnya, hasil medical check up anak bisa dijadikan rujukan untuk orang tua atau tenaga medis untuk mendeteksi kemungkinan adanya kelainan bawaan pada bayi, mendeteksi penyakit tertentu (misalnya, anemia), serta memastikan bahwa pertumbuhan dan perkembangannya berjalan dengan baik. Dengan melakukan cek kesehatan secara berkala, bahkan ketika anak tidak sakit, diharapkan ia akan memiliki kesehatan prima hingga dewasa kelak.
Sumber : parenting.co.id

Minggu, 29 November 2015

Aturan dasar saat makan adalah duduk tertib di meja makan, bukan sambil menonton TV, bermain, atau bahkan berlari-larian. Beberapa orang tua masih membiarkan anaknya makan sambil melakukan aktivitas lain. Padahal, makan di meja makan memberi banyak keuntungan.

1. Mengurangi kekacauan Percayalah, dibanding menyuapi anak makan sambil ia bermain di taman, duduk makan bersama di meja makan jauh lebih efektif dan mengurangi kekacauan. Makan sambil melakukan aktivitas lain justru akan meninggalkan lebih banyak noda di berbagai tempat di rumah, seperti di sofa, karpet, dan lantai. Belum lagi kotoran yang membekas di baju dan tangan anak.

2. Melatih disiplin dan sopan santun Dengan makan bersama di meja, anak akan terbiasa dengan jam makan. Ia akan belajar untuk tertib duduk di meja dan mematuhi aturan, misalnya cara menggunakan sendok, garpu maupun sumpit, mengatakan tolong dan terima kasih saat anggota keluarga lain menuangkan makanan, dan sebagainya.

3. Membangun bonding antar anggota keluarga Jalin hubungan akrab dengan anak makan bersama di meja makan. Anda dan keluarga dapat saling bertukar cerita tentang apa yang dialami seharian di sekolah, rumah, maupun di kantor. Tak hanya keluarga tambah harmonis, anak pun bisa belajar banyak dari kegiatan ini. Menurut sebuah penelitian, kegiatan makan bersama di meja makan akan menambah kosa kata baru bagi anak dibanding dibacakan buku. Anak akan belajar 1000 kata baru sepanjang waktu makan malam, sedangkan jika dibacakan cerita ia hanya menyerap 143 kosakata baru.

4. Belajar fokus Saat makan bersama di meja, usahakan untuk tidak sambil menonton TV atau bermain gadget. Fokuslah pada waktu yang dihabiskan bersama-sama. Kesempatan makan bersama juga bisa dimanfaatkan untuk memperkenalkan makanan baru kepada anak. Bahkan, Mama bisa menunjukkan perbedaan sayur bayam dan sayur kangkung pada anak mulai dari tekstur, rasa, dan warnanya, misalnya.
Sumber : parenting.co.id

Sabtu, 28 November 2015

Anak selalu mual-mual dan sakit perut menjelang ulangan. Apakah ini disebut psikosomatis? Bisa jadi. Nah, psikosomatis merupakan keluhan fisik/sakit secara fisik yang disebabkan konflik internal, stres, atau kecemasan. Sebenarnya, penyebab terjadinya psikosomatis adalah stres atau kecemasan yang dirasakan anak, lalu memicu adanya keluhan fisik. Jika diperiksa secara medis, biasanya tidak ditemukan penyebab organis munculnya rasa sakit tersebut. Apa saja gejalanya? Bisa berbeda untuk tiap anak, namun umumnya adalah keringat dingin, sakit perut, mual, muntah, atau kepala pusing. Apa yang bisa dilakukan bila anak psikosomatis?

1. Cari sumber stres atau kecemasannya dan bantu anak mengatasinya. Misalnya, apakah gurunya galak atau anak kesulitan dalam pelajaran tersebut. Jika kesulitan pelajaran, bantulah meningkatkan kemampuannya agar lebih percaya diri dan tidak cemas lagi.

2. Ajarkan anak teknik relaksasi sederhana untuk menenangkan diri, seperti tarik napas selama beberapa kali, memvisualisasikan pikiran yang menyenangkan, dll.

3. Dampingi anak menghadapi stresnya. Hindari meremehkan apa yang dirasakan atau menekannya karena akan memperbesar rasa cemas dan akhirnya memperparah psikosomatis. Hindari juga terlalu membiarkan anak larut dalam kecemasan atau stresnya. Misalnya, segera memindahkan sekolahnya setelah anak mengeluh ini itu tanpa menelaah dan membantunya menyelesaikan masalahnya.

Perlukah dibawa ke psikolog? Perlu jika Anda merasa kewalahan atau keluhan anak semakin parah. Biasanya, psikolog akan menelusuri juga penyebabnya. Lalu, bersama dengan Anda mencari dan mencoba cara untuk membantu anak. Juga, psikolog akan melakukan konseling untuk bantu anak mengahdapi stresnya dan mengajarkannya relaks dengan teknik sederhana. Perlukah bantuan dari pihak sekolah? Perlu sekali.

Apalagi jika sumber stres berkaitan dengan sekolah. Misalnya, guru bersama Anda membantu anak mengatasi sumber stres. Misalnya, psikosomatis muncul karena kasus bully di sekolah. Guru perlu mengenali bibit bully dan membantu anak merasa nyaman serta powerful melawan bully. Psikosomatis bisa dicegah dengan membuat anak menjadi tegar, antara lain dengan membiasakannya mandiri sedini mungkin sesuai kapasitas usianya dan tidak terlalu banyak melayani atau memberi sesuatu melebihi kebutuhan anak. Selain itu, pastikan memang tidak ada gangguan fisik atau medis yang dialami anak ketika mengeluh sakit, tidak terlalu tergesa menyimpulkan psikosomatis, serta kenali sejak dini ketika anak mulai mengalami stres atau kecemasan. Biasanya, psikosomatis muncul ketika masalah sudah berlarut-larut.

Jumat, 27 November 2015

Selain masalah menu yang tak selalu cocok dengan selera dan kebutuhannya, suasana restoran pun tak semuanya cocok untuk pengunjung di bawah umur. Misalnya, ruangan yang bebas asap rokok, ketersediaan bangku anak, hingga peralatan makan child friendly. Kita mungkin patut iri dengan Amerika dalam hal ini. National Restaurant Association (NRA) bekerja sama dengan situs Healthy Dining meluncurkan Kids LiveWell pada tahun 2011, berisi daftar restoran yang memiliki pilihan menu ramah anak yang telah disetujui ahli gizi.
 
Joy Dubost, senior director of food and healthy living untuk NRA sekaligus pendiri Kids LiveWell, memberi tip berikut untuk para orang tua:

1. Pilih restoran yang menyediakan menu anak, termasuk menu dalam porsi kecil.
2. Pilih air putih atau susu untuk minuman, dan buah-buahan sebagai dessert.
3. Ganti kentang goreng dengan potongan wortel atau apel.
4. Tetapkan 2 atau 3 menu yang bisa dimakan anak, lalu biarkan ia yang memilih.
5. Biarkan anak memilih menu yang sudah dikenalnya. Untuk menu baru, jangan memaksanya kalau ia tak mau. Tapi, Anda bisa mencoba menawarkannya sepotong.
Sumber : parenting.co.id

Kamis, 26 November 2015

Rupanya, bahasan barang mewah, jalan jalan ke luar negeri ataupun kegiatan yang berhubungan dengan biaya besar, tidak pernah gagal menarik hati para mama dalam situasi apa pun. Di dunia nyata, Anda mungkin berada dalam situasi itu saat kumpul keluarga, reuni ataupun arisan. Di dunia maya pun tidak kalah ramai! Hampir setiap hari ada saja foto atau status teman yang memamerkan koleksi terbaru mereka. Sebenarnya, sih, tidak ada salahnya juga kalau ada teman bahkan kerabat yang menikmati barang bermerek yang tidak murah itu. Yang salah adalah jika Mama jadi tergoda memiliki saat keuangan keluarga tidak memungkinkan lalu memaksakan diri untuk membelinya!

Setelah itu jadi pusing sendiri bagaimana menerangkan pada suami, stres melihat aneka tagihan bahkan terlambat membayar uang sekolah anak. Atau, demi gengsi, membeli benda yang sama tapi KW-nya saja. Haduh! Barang bermerek itu ‘kan yang dijual gengsinya. Kalau KW, ya, Start Your Diet Today! sudah hilang daya tariknya. Malu, kan! Dengan keletihan yang Mama rasakan sehari-hari, uang berlebih itu lebih seru untuk digunakan ‘membeli waktu’.

Misalnya jalan-jalan bersama keluarga (atau sendiri), memanjakan diri ke spa, membayar jasa supir agar bisa relaks di tengah padatnya lalu lintas, menikmati masakan chef di restoran ternama dengan sahabat atau kegiatan lain yang mama pilih untuk refreshing. Biarkan saja isi linimasa Anda dipenuhi foto mama lain sedang pamer benda bermerek dengan aneka pose yang (kata mereka) seru, Mama yang bijaksana cukup berkomen #akurapopo plus senyum manis. Sebab, waktu tidak akan kembali dan mahal harganya untuk seorang mama hebat seperti Anda, tidak ada edisi KW-nya juga! Be wise with your money and always be happy!
Sumber : parenting.co.id

Rabu, 25 November 2015

"Anak saya selalu menolak untuk mencoba beberapa makanan sehat. Bagaimana saya memotivasi dia untuk mulai makanan sehat?"

Kalimat inilah yang paling banyak dikeluhkan para orang tua. Keluhan yang sama, jawaban dan tip yang sama yaitu:

1. Buatlah makanan sehat sebagai satu-satunya pilihan. Bersihkan kulkas Anda dari makanan kaleng atau makanan cepat saji, dan sajikan makanan bernutrisi saat waktu makan tiba. Ketika anak tidak mau makan dengan apa yang Anda sajikan, jangan berikan makanan alternatif seperti sosis atau nugget. Dia tidak akan bisa berkompromi dengan perutnya yang lapar, anak pasti akan memakan makanan yang Anda sajikan. Meski awalnya dengan terpaksa.

2. Tunjukkan pilihan makanan sehat dan biarkan anak memilih makanannya. Berikan pilihan yang memang mudah disajikan dan menarik perhatiannya. Anak-anak akan senang memakan makanan yang sudah dia pilih sendiri.

3. Coba satu makanan baru setiap minggu dan sajikan seperti yang anak suka. Contohnya, ketika makanan favoritnya kali ini pasta dengan saus tomat, Anda bisa coba mengganti pastanya dengan jenis gandum utuh. Anda mungkin terkejut ketika melihat anak sangat menyukainya bahkan lebih menyukainya.

4. Jangan menyerah! Lakukan terus! Sebuah penelitian mengungkapkan, anak-anak akan menerima makanan baru setelah 10 sampai 15 kali penolakan.
Sumber : parenting.co.id

Selasa, 24 November 2015

Kita memang belajar dari kesalahan yang kita buat. Dan, berbuat kesalahan adalah salah satu proses pembelajaran pada anak. Sayangnya, banyak anak yang masih tidak memahami nilai di balik suatu kesalahan. Yang pasti, Anda harus mendorong anak untuk berhenti menyalahkan orang lain dan mulai bertanggung jawab atas perbuatannya itu. Memang paling mudah menyalahkan orang lain, tapi ini tidak akan menyelesaikan masalah. Bahkan, bukan tak mungkin malah akan membuka masalah yang baru. Menurut Kate Roberts, Ph.D., psikolog, “Kadang kala, anak tidak mengerti kalau setiap orang bisa melakukan suatu kesalahan. Dan, menyalahkan seseorang merupakan cara baginya untuk menghindari rasa tidak setuju dari adanya konsekuensi yang negatif.” Berikut tip untuk membuat anak mengakui kesalahannya :

1. Wajar, kok, berbuat kesalahan. Ini merupakan langkah pertama yang harus anak ketahui saat melakukan suatu kesalahan. Setiap orang melakukan kesalahan, entah itu Anda, teman anak, kakak-adiknya, nenek-kakeknya, dll. Jadi, bukan hal yang mengherankan bila anak juga bisa melakukan hal serupa. Bila ia melakukan kesalahan, jangan jadikan ini sebagai fokus utama perhatian Anda. Yang lebih penting adalah anak tahu benar apa harus dilakukannya ketika menyadari telah berbuat salah.

2. Ajarkan untuk berkata jujur. Bila Anda ingin anak berkata jujur alias mengakui perbuatannya, tetaplah bersikap tenang (meski Anda merasa sangat kecewa dengan perbuatannya). Dengan bersikap tenang, besar kemungkinan anak akan lebih mudah mengakui kesalahannya. Ingatkan padanya bahwa setiap orang bisa saja melakukan kesalahan. Yang terpenting di balik semua ini adalah ia tetap berkata jujur, belajar dari situasi yang ada, serta mencoba memperbaiki kesalahannya. Nah, ajak anak berdiskusi tentang bagaimana caranya memperbaiki dirinya. Tentu saja, jangan lupa memujinya jika ia berani mengakui kesalahannya.

3. Ajarkan sebab akibat. Bantulah anak memahami dan berpikir hubungan antara apa yang dilakukannya dan apa dampaknya. Misalnya, “Kalau kamu tidak bermain terlalu lama dan lupa waktu, pasti kamu sudah selesai mengerjakan PR kamu dan bisa segera tidur.” Lama- kelamaan ia piawai, kok, mengaitkan hubungan antara sebab dan akibat suatu peristiwa.

4. Tetapkan aturan main. Aturan main harus diterapkan pada anak. Bagaimana pun, ia harus tahu dan juga menerima konsekuensi dari semua perkataan dan perbuatannya. Hal ini bisa berjalan lancar bila Anda juga selalu konsisten dengan aturan yang dibuat sekaligus konsisten dalam menerapkan disiplin padanya. Bagaimana pun, melalui kesalahan, anak belajar sesuatu. Dan, tekankan lagi, lagi, dan lagi: Jangan khawatir saat melakukan kesalahan. Dan, berpikirlah tentang apa yang akan dilakukan lain kali.
Sumber : parenting.co.id
Penyakit tuberkulosis atau TB bukan hanya orang dewasa, lho. Anak-anak pun bisa menderita penyakit ini. TB paru adalah TB yang paling umum diderita oleh anak, sedangkan TB ekstraparu yang menyerang organ tubuh di mana saja juga bisa ‘mengancam’ anak dengan persentase yang lebih kecil (30–40 persen kasus). Ada beberapa gejala yang perlu Anda ketahui terkait TB pada anak, yaitu:

1. Berat badan anak turun tanpa sebab yang jelas.

2. Demam lama lebih dari atau selama 2 minggu dan/atau berulang tanpa sebab yang jelas. Demam umumnya tidak tinggi, kadang disertai keringat malam.

3. Batuk lama lebih dari atau selama 3 minggu, bersifat non-remitting (tidak pernah reda), atau intensitas semakin lama semakin parah.

4. Nafsu makan tidak ada (anoreksia) atau berkurang, disertai gagal tumbuh.

5. Lesu atau malaise, anak kurang aktif bermain.

6. Diare persisten/menetap (lebih dari 2 minggu) yang tidak sembuh dengan pengobatan diare.

Apa yang harus Anda lakukan jika anak menunjukkan gejala-gejala di atas? Yang pasti, segeralah konsultasikan masalah ini pada dokter. Dokter akan melakukan serangkaian tes untuk mendiagnosis TB pada anak, seperti uji tuberkulin (mantoux) dan foto toraks. Selanjutnya, bila anak memang positif menderita TB, dokter akan memberi perawatan dan pengobatan yang sesuai. Tak usah khawatir. Menurut Profesor Ben Marais, pakar TB anak dari The University of Sydney, anak anak memiliki respon yang lebih baik terhadap obat TB daripada orang dewasa, dan memiliki kemungkinan untuk mengalami efek samping yang lebih kecil.
Sumber : parenting.co.id

Kontak Kami


SDIT Al Kamilah
Jl. Cemara Dalam III No. 227
Kel. Padangsari Kec. Banyumanik
Kota Semarang - Jawa Tengah

Telepon    (024) 7466236
Email        alkamilah1@yahoo.com

Tentang Kami

Puji Syukur kehadiran Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayahnya serta tak lupa Shalawat dan Salam kita panjatkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, Keluarga, sahabat yang setia hingga akhir zaman.

Teriring salam dan Do'a semoga kita semua selalu mendapatkan pencerahan, bimbingan dan Ridho Allah SWT. Terima kasih telah mengunjungi website SD Islam Terpadu Al Kamilah. Web ini kami sajikan untuk memberikan informasi dan media komunikasi bagi guru, siswa dan orang tua siswa serta masyarakat.

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

2014 © Planer - Responsive Blogger Magazine Theme
Planer theme by Way2themes